Beberapa jemaat Gereja Hujan Perjanjian Mula-mula China (Early
Rain Covenant in China) akhirnya diberikan ijin untuk beribadah di Taiwan. Hal ini menyusul penutupa gereja mereka oleh pemerintah China tujuh bulan lalu.
Liao Qiang (49 tahun) tiba di Taiwan pekan lalu setelah meninggalkan negaranya bersama lima anggota keluarga lainnya.
Tindakan pemerintah China yang menerapkan aturan dimana hanya gereja legal yang bisa menjalankan kegiatan agamanya, mendorong mereka untuk meninggalkan tanah kelahirannya.
Baca Juga:
Gara-gara Berdoa di Taman, 20 Orang Kristen China Ini Ditangkap
Warga Kristen China Ini Diminta Ganti Gambar Yesus Dengan Presiden Xi Demi Hal Ini...
Gereja Early Rain Covenant in China sendiri telah dicap pemerintah
sebagai pembangkang. Sehingga pendetanya ditahan setelah menyampaikan kritikan kepada pemerintah dan Partai Komunis China yang sedang berkuasa.
Apa yang dialami gereja di China tampaknya tak begitu dipersoalkan
oleh pemerintah Taiwan. Negara ini sendiri mengambil pendekatan lepas tangan terhadap
agama dan memberikan kebebasan bagi semua agama, Kristen dan agama lain untuk
beribadah. Hal inilah yang disyukuri oleh Liao dan keluarganya, dimana mereka untuk
pertama kali bisa beribadah di ruang publik Taiwan pada Minggu, 7 Juli 2019 lalu.
Apa yang dialami oleh gereja-gereja di China juga mendapat simpati
dari pemerintah Amerika Serikat. Pada April 2019, Sekretaris Negara AS Mike
Pompeo menyampaikan penolakan terhadap tindakan pengekangan agama di China. Dia
menyebut jika Muslim dan Kristen saat ini berada dalam penganiayaan besar yang bersejarah.
Sementara jemaat Gereja Early Rain Covenant in China
diberikan ruang bebas untuk beribadah di Taiwan. Mereka juga berencana untuk
mencari suaka di Amerika Serikat.